Demo Site

Selasa, 05 Oktober 2010

BANK ANAK KOS

Entah kenapa beberapa bulan ini aku terlalu sering mengalami defisit anggaran, padahal setiap bulannya anggaran dari pusat selalu bertambah. Apa karena di Banda Aceh sedang mengalami inflasi besar-besaran, atau biaya pengeluaran lebih besar dari pemasukan, atau pun manajemen keuangan ku yang belum mantap dan stabil. Sepertinya aku harus memeriksa kembali kredit dan debit dari pembukuan keuanganku. Seringkali aku harus meminjam uang dari banker-banker lain untuk menutupi kekurangan biaya opeasionalku, sehingga kas awal bulanku selalu harus dikurangi dengan utang dan biaya beban.

Sistem ekonomi konvensional yang ku terapkan selama ini sepertinya tidak berjalan efektif. Aku harus beralih ke sistem ekonomi syariah. Hal pertama yang harus ku lakukan adalah melakukan syirkah (kerjasama) dengan pihak lain dengan sistem Mudharabah (bagi hasil) untuk dapat menghasilkan income dari luar, sehingga bank sentral (orang tua) tidak perlu lagi mengeluarkan dana talangan untuk menutupi kekurangan anggaranku setiap bulan.

Senin, 04 Oktober 2010

ANTARA KULIAH DENGAN ORGANISASI

Saat orang-orang bertanya kepada kita : “kuliah dimana?”, dengan bangganya kita menjawab “ saya kuliah di kedokteran atau teknik, atau hukum, atau ekonomi dan lain-lain sebagainya.” Kemudian coba bandingkan dengan pertanyaan “ kamu aktif di organisasi mana?”, jawabannya mungkin tidak sebangga saat kita menjawab tempat perkuliah.

Tetapi anehnya, mengapa mahasiswa sekarang lebih loyal kepada suatu organisasi ketimbang loyal kepada kuliahnya sendiri yang jelas-jelas kuliahnya tersebut menentukan masa depannya kelak?

Ironis bukan! Seolah-olah organisasi lebih penting daripada kuliah. Padahal, niat awal merantau adalah untuk kuliah, untuk menjalankan amanah orang tua dan mencapai cita-cita yang sudah lama dimimpi-mimpikan. Mengapa pada akhirnya kita malah disibukkan oleh organisasi yang mungkin kita sendiri tidak tahu tujuan kita berorganisasi.

Pada dasarnya, organisasi merupakan mata kuliah tambahan diluar kampus. Organisasi merupakan tempat pengembangan dan media untuk melatih diri dalam hal peningkatan kwalitas intelektual diri . Melatih kita untuk dapat mengambil keputusan berdasarkan prioritas. Namun pada hakikatnya tetap mengutamakan tujuan pokok, yaitu menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan ijazah S1, S2 atau S3 sebagai formalitas.

Penulis pernah berfikir, pernahkah mahasiswa sekarang menghitung semua biaya perkuliahanya sejak awal mula mereka kuliah, dari biaya hidup, biaya kuliah dan biaya-biaya lainnya?

Mungkin mereka akan terkejut jika telah mengitung total semua biaya yang telah dikeluarkan oleh orang tuanya karena hanya mengharap anaknya kelak dapat memperlihatkan ijazah S1 kepada mereka. Kemudian bayangkan pula bagaimana orang tua kita mencari uang untuk semua biaya tersebut. Alangkah kejam dan sadisnya kita jika ternyata selama dalam masa pendidikan kita hanya menghabiskan uang mereka untuk hal-hal yang tidak penting.

Sekarang coba bandingkan dengan mahasiswa yang aktif dalam organisasi. Mereka rela menyelesaikan kuliah dalam waktu yang lama hanya karena disibukkan dengan kegiatan organisasi, padahal dia sendiri tidak tau akan menjadi apa kelak dengan organisasinya tersebut. Apa jaminan yang diberikan oleh organisasi untuk masa depannya kelak? Mungkin hanya sedikit orang yang berani menjawab pertanyaan itu.

Beruntung bagi orang yang dapat menjaga prioritas tujuan dan mencari keuntungan dari organisasi. Misalnya, dengan berorganisasi dia dapat membuka hubungan dengan pihak-pihak yang mungkin dapat membantunya kelak, kemudian dia dapat belajar menjadi seorang pemimpin yang mampu mengorganisir anggota organisasinya walau dalam ruang lingkup kecil. Namun sayangnya, hanya sedikit orang yang mampu berbuat seperti itu.

Sebagian besar mahasiswa menganggap bahwa tujuan utama kuliah hanyalah untuk mendapatkan ijazah sebagai formalitas dalam mendapatkan pekerjaan. Namun pernahkan kita berfikir untuk memantapkan skill kita berdasarkan jurusan kuliah yang digeluti?

Sebenarnya, tingkat kemampuan sesorang dinilai bukan dari seberapa cepatnya dia menyelesaikan kuliah, tetapi berapa banyak prestasi yang telah digali dan seberapa besar aplikasi pengetahuannya tersebut kepada orang banyak. Menurut penulis, orang yang memiliki skill tinggi namun tidak memiliki ijazah lebih baik daripada memiliki ijazah namun berskill rendah. Kuliah bukan hanya sekedar menghafal teori, namun lebih dari itu, kuliah adalah bagaimana pada akhirnya teori-teori yang kita pelajari tersebut dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam kehidupan.

Berbeda dengan organisasi, Organisasi hanyalah tempat untuk mendewasakan diri, melatih potensi diri dan belajar memberi keputusan dengan tepat dan benar. Secara garis besar kita dapat menyimpulkan organisasi itu tempatnya untuk mengasah intelektual, pengalaman bahkan spritual. Sehingga didalam aplikasinya, orang berorganisasi akan terlihat dari kematangan intelektual, pengalaman dan spritual.

Namun bukan berarti oganisasi adalah segala-galanya. Keduanya haruslah diimbangi agar tujuan dari keduanya dapat tercapai. Tidak perlu mengikuti banyak organisasi jika ternyata kita tidak mendapatkan apa-apa darinya, dan tidak perlu menjadi anak kuliahan jika ternyata kita belum mampu dewasa dalam bermasyarakat. Untuk itu, menjadi seorang mahasiswa yang frofesional itu sangatlah dituntut, agar pada suatu suatu saat apapun yang telah dipelajari dan diperbuat dapat menjadi sebuah tolak ukur dalam mencapai kesuksesan.

sang pemimpi yang tak pernah terwujudkan mimpi

Banyak hal yang tidak kupahami tentang diriku

Aku bingung menentukan siapa diriku ini sebenarnya

Bahkan aku tidak tau apa kelebihan ku

Benar –benar hal yang bodoh

Terlalu banyak mimpi yang belum terwujud

Terlalu banyak cita-cita yang terlupa

Anehnya, aku tidak tau bagaimana caranya mewujudkan mimpi-mimpi itu menjadi nyata

Aku pesimis

Aku terlarut dalam mimpi dan tangis

Aku iri

Iri melihat orang-orang yang bisa sukses dengan mimpinya

Aku malu

Malu dengan kebodohan dan ketakukanku

Terkadang aku menyesal menjadi diriku yang seperti ini

Yang hanya bisa duduk terdiam dalam kebingungan

Mungkin aku bisa disebut sebagai “sang pemimpi, yang tak pernah terwujudkan mimpi”


Dilema

Malam itu, seorang temanku meminta saya untuk menunjukkan telapak tanganku, secara spontan dia mengatakan “bal, kamu banyak-banyak sabar ya, sabar sabar sabar, jika kamu terus-terusan seperti ini, suatu saat kamu akan menyesal. Takdir mu ada ditangan mu”.

Aku tau, dia adalah seseorang yang memiliki “kelebihan” khusus yang tidak ada pada semua orang. Saya meminta dia untuk menjelaskan apa maksud perkataannya, tapi sayangnya dia tidak mau menceritakannya.

Sejak malam itu, otak ku terus terbeban dengan perkataannya tersebut. Aku mencoba menerjemahkan setiap bait ucapannya, tapi masih terlalu mengambang bagiku untuk mengambil sebuah kesimpulan.

Sempat aku berfikir apakah suatu saat aku akan menjadi seseorang yang tidak bisa apa-apa, seseorang yang tidak pernah merasakan wujud nyata dari semua mimpi-mimpi ku?

Jika pun aku harus berubah, darimana aku harus mulai berubah? Apa yang harus aku rubah?

Siapa yang bisa memotivasiku untuk berubah?

Mungkin jika aku bertanya kepada orang, jawabannya adalah “aku”, karena hanya aku yang bisa merubah diriku sendiri. Tetapi aku berfikir itu tidak akan cukup. Aku butuh seseorang yang bisa mengarahkan dan memfasilitasiku.

Namun, akhirnya banyak hal yang kusadari tentang kepribadian ku, ternyata aku belum mampu mengarahkan diriku sendiri. Huh.. benar-benar manusia yang tolol!

Tapi apa perlu aku menyesali diri?

Yang perlu kulakukan sekarang adalah merubah diri menjadi seseorang yang lebih berarti, paling tidak untuk diriku sendiri.

Aku masih punya banyak mimpi, aku masih punya banyak cita-cita. Aku tidak mau kalah dari teman-temanku yang sudah mulai merasakan efek nyata dari mimpi-mimpinya.

Aku juga masih punya mimpi, dan aku harus bisa mewujudkannya..