Saat orang-orang bertanya kepada kita : “kuliah dimana?”, dengan bangganya kita menjawab “ saya kuliah di kedokteran atau teknik, atau hukum, atau ekonomi dan lain-lain sebagainya.” Kemudian coba bandingkan dengan pertanyaan “ kamu aktif di organisasi mana?”, jawabannya mungkin tidak sebangga saat kita menjawab tempat perkuliah.
Tetapi anehnya, mengapa mahasiswa sekarang lebih loyal kepada suatu organisasi ketimbang loyal kepada kuliahnya sendiri yang jelas-jelas kuliahnya tersebut menentukan masa depannya kelak?
Ironis bukan! Seolah-olah organisasi lebih penting daripada kuliah. Padahal, niat awal merantau adalah untuk kuliah, untuk menjalankan amanah orang tua dan mencapai cita-cita yang sudah lama dimimpi-mimpikan. Mengapa pada akhirnya kita malah disibukkan oleh organisasi yang mungkin kita sendiri tidak tahu tujuan kita berorganisasi.
Pada dasarnya, organisasi merupakan mata kuliah tambahan diluar kampus. Organisasi merupakan tempat pengembangan dan media untuk melatih diri dalam hal peningkatan kwalitas intelektual diri . Melatih kita untuk dapat mengambil keputusan berdasarkan prioritas. Namun pada hakikatnya tetap mengutamakan tujuan pokok, yaitu menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan ijazah S1, S2 atau S3 sebagai formalitas.
Penulis pernah berfikir, pernahkah mahasiswa sekarang menghitung semua biaya perkuliahanya sejak awal mula mereka kuliah, dari biaya hidup, biaya kuliah dan biaya-biaya lainnya?
Mungkin mereka akan terkejut jika telah mengitung total semua biaya yang telah dikeluarkan oleh orang tuanya karena hanya mengharap anaknya kelak dapat memperlihatkan ijazah S1 kepada mereka. Kemudian bayangkan pula bagaimana orang tua kita mencari uang untuk semua biaya tersebut. Alangkah kejam dan sadisnya kita jika ternyata selama dalam masa pendidikan kita hanya menghabiskan uang mereka untuk hal-hal yang tidak penting.
Sekarang coba bandingkan dengan mahasiswa yang aktif dalam organisasi. Mereka rela menyelesaikan kuliah dalam waktu yang lama hanya karena disibukkan dengan kegiatan organisasi, padahal dia sendiri tidak tau akan menjadi apa kelak dengan organisasinya tersebut. Apa jaminan yang diberikan oleh organisasi untuk masa depannya kelak? Mungkin hanya sedikit orang yang berani menjawab pertanyaan itu.
Beruntung bagi orang yang dapat menjaga prioritas tujuan dan mencari keuntungan dari organisasi. Misalnya, dengan berorganisasi dia dapat membuka hubungan dengan pihak-pihak yang mungkin dapat membantunya kelak, kemudian dia dapat belajar menjadi seorang pemimpin yang mampu mengorganisir anggota organisasinya walau dalam ruang lingkup kecil. Namun sayangnya, hanya sedikit orang yang mampu berbuat seperti itu.
Sebagian besar mahasiswa menganggap bahwa tujuan utama kuliah hanyalah untuk mendapatkan ijazah sebagai formalitas dalam mendapatkan pekerjaan. Namun pernahkan kita berfikir untuk memantapkan skill kita berdasarkan jurusan kuliah yang digeluti?
Sebenarnya, tingkat kemampuan sesorang dinilai bukan dari seberapa cepatnya dia menyelesaikan kuliah, tetapi berapa banyak prestasi yang telah digali dan seberapa besar aplikasi pengetahuannya tersebut kepada orang banyak. Menurut penulis, orang yang memiliki skill tinggi namun tidak memiliki ijazah lebih baik daripada memiliki ijazah namun berskill rendah. Kuliah bukan hanya sekedar menghafal teori, namun lebih dari itu, kuliah adalah bagaimana pada akhirnya teori-teori yang kita pelajari tersebut dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam kehidupan.
Berbeda dengan organisasi, Organisasi hanyalah tempat untuk mendewasakan diri, melatih potensi diri dan belajar memberi keputusan dengan tepat dan benar. Secara garis besar kita dapat menyimpulkan organisasi itu tempatnya untuk mengasah intelektual, pengalaman bahkan spritual. Sehingga didalam aplikasinya, orang berorganisasi akan terlihat dari kematangan intelektual, pengalaman dan spritual.
Namun bukan berarti oganisasi adalah segala-galanya. Keduanya haruslah diimbangi agar tujuan dari keduanya dapat tercapai. Tidak perlu mengikuti banyak organisasi jika ternyata kita tidak mendapatkan apa-apa darinya, dan tidak perlu menjadi anak kuliahan jika ternyata kita belum mampu dewasa dalam bermasyarakat. Untuk itu, menjadi seorang mahasiswa yang frofesional itu sangatlah dituntut, agar pada suatu suatu saat apapun yang telah dipelajari dan diperbuat dapat menjadi sebuah tolak ukur dalam mencapai kesuksesan.
1 komentar:
saya setuju dg kakak, bagaimanapun kita tidakboleh sampai mendzalimi kewajiban kita kepada orangtua kita dirumah dg lebih mementingkan organisasi dr pada kuliah,,tapi, ada satu hal yg mungkin harus diluruskan disini, ketika seseorang lulus lama dan pada akhirnya menyalahkan organisasinya itu berarti perlu dipertanyakan lagi niat dr awalnya perlu ditanyakan manajemen waktunya,perlu dipertanyakan prioritasnya, Yakinlah kak, organisasi itu bukan membuat kita melalaikan tanggungjawab tapi justru menambah semangat kita untuk maju, kakak krang menuliskan betapa banyak orang sukses karena ketika kuliah basicnya organisasi, kakak perlu membuka mata, bahwa di kampus manapun itu, anak2 yg berprestasi adalah anak2 yg aktif di dalam kegiatan organisasi, saya tidak perlu menyebutkan contohnya silakan searching sendiri dikampus kakak, benar juga bahwa organisasi itu melatih skill saja, namun apabila orang tidak berkembang ketika ikut organisasi berarti dia belum bisa memanfaatkan yg namanya organisasi, di fakultas saya orang2 yg mendapat beasiswa, delegasi ke luarnegeri, delegasi lomba, pemenang pimnas, pengajar muda Indonesia wisudawan terbaik, mereka semua memiliki basic organisasi dan mereka adalah orng2 yg bisa memanfaatkan organisasi. Jadi sungguh fikiran yg sangat tidak adil apabila ketika lulus lama mereka menyalahkan organisasi sbg kambing hitam, dan selain itu, ada tujuan lebih besar diluar dari menjalankan proker2 organisasi, apabila kakak orang muslim, seharusnya kakak tau. Trimakasih
Posting Komentar